Fenomena Janda di Kota-Kota Besar

Fenomena Janda di Kota-Kota Besar

- Jurnalis

Senin, 21 April 2025 - 11:56 WIB

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Tingginya angka perceraian belakangan ini, terutama di kota-kota besar, menyebabkan jumlah wanita yang berstatus janda semakin banyak.

Tingginya angka perceraian belakangan ini, terutama di kota-kota besar, menyebabkan jumlah wanita yang berstatus janda semakin banyak.

JAKARTA – Predikat janda disematkan kepada wanita yang telah melakukan perceraian dalam pernikahannya, namun belum menikah lagi. Biasanya mereka disebut “single parents” (Orang tua tunggal) bagi anak-anaknya, jika yang bersangkutan telah memiliki anak. Faktanya, mereka (para single parents) terpaksa harus berjuang sendirian tanpa pasangan hidup untuk membiayai anak-anaknya di tengah carut-marutnya kehidupan.

Tingginya angka perceraian belakangan ini, terutama di kota-kota besar, menyebabkan jumlah wanita yang berstatus janda semakin banyak. Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik (BPS) kasus perceraian pada tahun 2024 mencapai 394.608 kasus (BPS belum merilis angka perceraian 2025 : Red.), kata DataIndonesia.ID. Angka tersebut mencapai 35 persen dari total pernikahan di Indonesia.

Tentunya permasalahan ini menjadi perhatian khusus oleh berbagai kalangan, salah satunya Kementerian Agama (Kemenag). Menteri Agama Nasaruddin Umar, berencana akan menerapkan semacam kursus (pembekalan) bagi calon pengantin yang ingin menikah selama satu semester (6 bulan). Hal ini sebagai bentuk upaya untuk mengantisipasi terjadinya kasus perceraian.

Baca Juga :  Gubernur Pramono Tinjau Lokasi Kebakaran Terra Drone, Pemprov DKI Tanggung Jawab Biaya Pemakaman Korban

Kasus perceraian di Indonesia, 80 persen terjadi pada usia pernikahan di bawah lima tahun. Biasanya dipicu oleh masalah ekonomi, perbedaan usia, pendidikan, dan perselingkuhan. Oleh karenanya Kemenag menilai, pembekalan yang mendalam kepada calon pengantin sangatlah penting guna mengatasi maraknya kasus perceraian.

Bila ditinjau dari wilayahnya, pada tahun 2024 Jawa Barat masih menjadi Provinsi dengan angka perceraian tertinggi di Indonesia (88.842 kasus). Jawa Timur berada di posisi kedua (77.658 kasus). Sedangkan Jawa Tengah di peringkat ketiga (64.569 kasus). Sumatra Utara menempati urutan ke empat (15.752 kasus). Lampung berada di peringkat kelima (14.471 kasus). Diikuti oleh Banten (13.456 kasus), yang terakhir DKI Jakarta (12.149 kasus), menurut DataIndonesia.ID.

Baca Juga :  GRIB Jaya Bantah Kuasai Lahan BMKG: Klaim Hanya Beri Pendampingan Hukum untuk Ahli Waris

Fenomena Janda

Akibat tingginya angka perceraian faktanya kian merebak wanita yang berpredikat Janda. Fenomena ini, terutama di kota besar seperti Jakarta, tentunya akan memunculkan masalah sosial di tengah masyarakat. Status Janda kerap kali mendapatkan stigma buruk oleh masyarakat (walaupun tidak semua). Belum lagi anak-anak mereka yang terpaksa “diyatimkan” oleh keadaan, tentunya akan tumbuh menjadi pribadi-pribadi yang kurang sehat akibat minimnya pengawasan dari orang tua. Ketidakseimbangan sosial ini harus mendapatkan empati khusus dari semua komponen masyarakat.

Baca Juga :  Gegara Kepergok di Rumah Janda, Kapolsek di Jateng Ditahan Propam

Sering kita jumpai, akibat himpitan ekonomi cukup banyak wanita yang berstatus janda di kota-kota besar terjerumus ke dalam lembah hitam, seperti prostitusi dan gemerlap kehidupan malam lainnya. Pastinya hal ini akan menimbulkan masalah sosial, terciptanya “sampah-sampah” di tengah kehidupan masyarakat.

Tak pelak lagi, fenomena ini selayaknya menjadi keprihatinan kita bersama yang perlu dicarikan solusinya, bukan hanya dari pemerintah dan pemuka agama, tapi juga dari kita selaku komponen masyarakat. Perlu untuk direnungi bersama, apakah hukum pernikahan perlu dikaji ulang kembali untuk meminimalisir perceraian ? ataukah psikologi sosial perlu dibenahi kembali demi kemaslahatan masyarakat ?


Namun yang terpenting, bagaimana memulihkan kembali harkat dan martabat para Janda yang telanjur mendapatkan preseden buruk di tengah masyarakat. (*)

Berita Terkait

Ketika Salju Turun di Arab Saudi
Gubernur Pramono Tinjau Lokasi Kebakaran Terra Drone, Pemprov DKI Tanggung Jawab Biaya Pemakaman Korban
Total 867 Korban Jiwa Bencana Banjir dan Tanah Longsor di Sumatera
Gunung Semeru Erupsi, 178 Pendaki Terjebak di Ranu Kumbolo
Bentrok Ormas dan Debt Collector di Cengkareng Timur Berakhir Damai
UMKM Binaan PLN UID Jakarta Raya Goes to Korea Selatan: Produk Lokal Tembus Pasar Internasional
Kisah Ridwan Alias Kobra Kapuk, Sopir Truk yang Juga Tekuni Profesi Wartawan
Gerhana Bulan “Blood Moon” Menghiasi Langit Indonesia Tadi Malam

Berita Terkait

Kamis, 18 Desember 2025 - 14:42 WIB

Ketika Salju Turun di Arab Saudi

Rabu, 10 Desember 2025 - 12:14 WIB

Gubernur Pramono Tinjau Lokasi Kebakaran Terra Drone, Pemprov DKI Tanggung Jawab Biaya Pemakaman Korban

Sabtu, 6 Desember 2025 - 13:46 WIB

Total 867 Korban Jiwa Bencana Banjir dan Tanah Longsor di Sumatera

Kamis, 20 November 2025 - 09:57 WIB

Gunung Semeru Erupsi, 178 Pendaki Terjebak di Ranu Kumbolo

Senin, 10 November 2025 - 22:42 WIB

Bentrok Ormas dan Debt Collector di Cengkareng Timur Berakhir Damai

Berita Terbaru

Ragam & Peristiwa

Ketika Salju Turun di Arab Saudi

Kamis, 18 Des 2025 - 14:42 WIB