Ajaran Moral, dalam Kisah ‘Gatotkaca Jumeneng Ratu’

- Jurnalis

Kamis, 23 Januari 2025 - 10:53 WIB

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Gatotkaca adalah seorang putra dari pasangan Bima dari keluarga Pandawa, dan Dewi Arimbi dari bangsa raksasa yang memiliki kerajaan bernama Pringgandani.

Gatotkaca adalah seorang putra dari pasangan Bima dari keluarga Pandawa, dan Dewi Arimbi dari bangsa raksasa yang memiliki kerajaan bernama Pringgandani.

WAYANG – Dalam kisah Pewayangan, Gatotkaca adalah salah satu tokoh yang populer. Seorang Ksatria, dengan kesaktiannya yang luar biasa. Salah satunya, mampu terbang ke angkasa tanpa sayap, dan terkenal dengan julukan “Otot Kawat Tulang Besi”. Gatotkaca juga salah satu ksatria Pandawa yang termasyhur akan keluhuran budinya.

Asal-usul Gatotkaca

Gatotkaca adalah seorang putra dari pasangan Bima dari keluarga Pandawa, dan Dewi Arimbi dari bangsa raksasa yang memiliki kerajaan bernama Pringgandani. Dewi Arimbi juga adalah seorang Raja dari kerajaan Pringgandani, meneruskan Tahta dari ayahnya yang telah wafat, yaitu Prabu Tremboko. Gatotkaca juga memiliki beberapa paman dari sang ibu, yaitu Arimba (kakak dari putri Arimbi), Brajadenta dan Brajamusti (adik kembar dari Dewi Arimbi), yang begitu sangat mengagumi dan sangat menyayangi keponakannya Gatotkaca.

Baca Juga :  Zaman Edan : dalam Perspektif Serat Kalatidha Karya Ranggawarsita

Walaupun Gatotkaca adalah pewaris tahta kerajaan Pringgandani, dia tidak lantas bersifat sombong, dan berambisi untuk menjadi seorang Raja. Gatotkaca pun telah mendapatkan restu dari kedua pamannya, Brajadenta dan Brajamusti.

Pelantikan Gatotkaca Sebagai Raja

Sesaat sebelum Gatotkaca diangkat menjadi seorang Raja di Pringgandani, sang Ksatria itu bertafakur, meminta restu para dewa dan para leluhurnya. Setelah bertafakur, Gatotkaca pun langsung melesat menuju Pringgandani, untuk menghadiri acara penobatan dirinya sebagai Raja Pringgandani yang baru.

Tak disangka, ternyata begitu sampai di Pringgandani, Gatotkaca terkejut, karena menyaksikan Brajadenta sedang bertarung melawan Dewi Arimbi (ibunya). Rupa-rupanya Brajadenta telah termakan hasutan Sengkuni untuk menolak penobatan Gatotkaca sebagai raja, serta melakukan pemberontakan terhadap kerajaan Pringgandani.

Gatotkaca pun masuk kedalam arena pertarungan untuk memisahkan keduanya, karena adabnya yang luar biasa dan sangat menghormati para leluhurnya, Gatot Kaca pun bersujud dihadapan Brajadenta untuk menghentikan pertarungan. Gatotkaca tidak akan melawan pamannya, dan hanya bertahan, walaupun Brajadenta terus menyerang Gatotkaca, karena tidak terima dengan keputusan sang kakak yang malah memilih Gatotkaca untuk menjadi Raja Pringgandani. Tanpa sepengetahuan Gatotkaca, Brajamusti masuk kedalam jari-jari keponakannya dan melesat keluar menghantam badan Brajadenta, yang kemudian akhirnya Brajadenta dan Brajamusti pun gugur secara bersamaan dalam pertarungan. Namun sejatinya itu semua hanyalah rencana kedua pamannya, agar mati dan bisa manunggaling kedalam tubuh keponakannya dalam bentuk ajian/ilmu kesaktian. Ajian yang melebur ke tangan kanan Gatotkaca dinamakan Ajian Brajadenta, sedangkan yang di tangan kirinya disebut Ajian Brajamusti.

Baca Juga :  Mudik, Sebuah Refleksi Kembali ke Asal yang Sejati

Ajaran Moral

Baca Juga :  WS. Rendra, Penyair Besar dengan Karya Membumi

Setiap kisah pewayangan selalu mengandung ajaran moral, begitu pun dalam kisah Gatotkaca ini. Ajaran moral yang bisa dipetik dari kisah ini adalah :

  • Tak perlu berambisi dengan tahta dan kekuasaan, karena bila Tuhan telah menakdirkan pasti seseorang akan menjadi pemimpin.
  • Perlunya memelihara adab kepada siapapun, khususnya kepada orang tua wajib berprilaku ‘andhap asor’ (rendah hati dan santun), meskipun dalam situasi yang sedang tidak baik-baik saja, seperti Gatotkaca.
  • Untuk mendapatkan kesuksesan dibutuhkan perjuangan dan pengorbanan, seperti yang dicontohkan oleh Gatotkaca.
  • Selalu berupaya menjadi sosok yang bisa bermanfaat buat orang lain dan lingkungan, seperti halnya Gatotkaca.

Tentu harapannya energi moralitas yang termaktub dalam kisah ini, dapat dijadikan inspirasi untuk diaplikasikan dalam kehidupan.

(Oleh : Iksan Sanjaya, dari berbagai sumber)

Berita Terkait

Mudik, Sebuah Refleksi Kembali ke Asal yang Sejati
Festival Beduk Jakarta Pusat 2025: Lestarikan Budaya dan Kompetisi
Ketika Bocah Angon Duduk Termenung di Bawah Pohon Belimbing
Kiprah Nirvana, dalam Belantika Musik Anti-Mainstream
Sanggar Sinlamba Batavia Gelar Haul Akbar dan Isra Mi’raj 2025: Momen Mempererat Ukhuwah
Wisanggeni, Sosok Urakan Sang Pejuang Kebenaran
Zaman Edan : dalam Perspektif Serat Kalatidha Karya Ranggawarsita
WS. Rendra, Penyair Besar dengan Karya Membumi

Berita Terkait

Sabtu, 29 Maret 2025 - 14:28 WIB

Mudik, Sebuah Refleksi Kembali ke Asal yang Sejati

Jumat, 7 Maret 2025 - 22:48 WIB

Festival Beduk Jakarta Pusat 2025: Lestarikan Budaya dan Kompetisi

Senin, 17 Februari 2025 - 00:04 WIB

Ketika Bocah Angon Duduk Termenung di Bawah Pohon Belimbing

Kamis, 23 Januari 2025 - 10:53 WIB

Ajaran Moral, dalam Kisah ‘Gatotkaca Jumeneng Ratu’

Senin, 20 Januari 2025 - 14:06 WIB

Kiprah Nirvana, dalam Belantika Musik Anti-Mainstream

Berita Terbaru

Sejumlah Pak Ogah yang kerap terlihat di Simpang Pesing

Megapolitan

Keberadaan Pak Ogah di Simpang Pesing Resahkan Pengguna Jalan

Selasa, 29 Apr 2025 - 15:39 WIB

Jayadi memperoleh 25 suara, sementara Asnawi mendapatkan 18 suara dan Sarif meraih 4 suara. Dengan perolehan suara tersebut, Jayadi sah menjabat sebagai Ketua RW 03 untuk periode 2025-2030

Politik

Jayadi Menang Mutlak dalam Pemilihan RW 03 Periode 2025-2030

Senin, 28 Apr 2025 - 11:49 WIB

Gubernur DKI Jakarta Pramono Anung

Megapolitan

Pramono Anung Pastikan Jakarta Tidak Ada Pemutihan Pajak Kendaraan

Minggu, 27 Apr 2025 - 22:40 WIB

Empat Matel di Jakbar Diamankan Polsek Cengkareng

Hukum & Kriminal

Empat Orang Matel di Jakbar Diamankan Polsek Cengkareng

Sabtu, 26 Apr 2025 - 21:56 WIB