WS. Rendra, Penyair Besar dengan Karya Membumi

- Jurnalis

Rabu, 8 Januari 2025 - 21:36 WIB

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

SOSOK – Tak dapat dipungkiri, WS. Rendra merupakan salah satu dari beberapa penyair besar yang dimiliki bangsa ini. Karya-karya puisinya memberi corak tersendiri dalam Khasanah Kesusastraan Indonesia. Banyak karyanya yang tetap hidup dan relevan dengan kehidupan masa kini.

WS. Rendra bernama lengkap Willibrordus Surendra Broto Narendra, ia lahir di Solo 7 November 1935, dan wafat di Depok 6 Agustus 2009 di usia 73 tahun. Ia dikenal sebagai penyair, dramawan, aktor dan sutradara teater yang berpengaruh dalam dunia kesenian Indonesia.

Sejak muda ia menulis puisi, skenario drama, cerpen, dan esai sastra di berbagai media massa.Ia pernah mengenyam pendidikan di Universitas Gajah Mada dan dari perguruan tinggi itu Rendra menerima gelar Doktor Honoris Causa. Penyair yang kerap dijuluki sebagai “Burung Merak” ini, pada tahun 1967 mendirikan Bengkel Teater di Yogyakarta. Melalui Bengkel Teater itu, Rendra melahirkan banyak seniman antara lain Sitok Srengenge, Radhar Panca Dahana, Adi Kurdi, dan lain-lain.

Baca Juga :  Mudik, Sebuah Refleksi Kembali ke Asal yang Sejati

Ia pertama kali memublikasikan puisinya di media massa pada tahun 1952 melalui majalah Siasat. Setelah itu, puisi-puisinya pun menghiasi berbagai majalah pada saat itu, seperti Kisah, Seni, Basis, Konfrontasi, dan Siasat Baru. Hal itu terus berlanjut seperti terlihat dalam majalah-majalah pada dekade selanjutnya, terutama majalah tahun 1960-an dan 1970-an.

Baca Juga :  Zaman Edan : dalam Perspektif Serat Kalatidha Karya Ranggawarsita

Karya-karya Rendra tidak hanya terkenal di dalam negeri, tetapi juga di luar negeri. Banyak karyanya yang sudah diterjemahkan ke dalam bahasa asing, di antaranya bahasa Inggris, Belanda, Jerman, Jepang, dan India.

Ia juga aktif mengikuti festival-festival di luar negeri, di antaranya The Rotterdam International Poetry Festival (1971 dan 1979), The Valmiki International Poetry Festival, New Delhi (1985), Berliner Horizonte Festival, Berlin (1985), The First New York Festival Of the Arts (1988), Spoleto Festival, Melbourne, Vagarth World Poetry Festival, Bhopal (1989), World Poetry Festival, Kuala Lumpur (1992), dan Tokyo Festival (1995).

Baca Juga :  Sanggar Sinlamba Batavia Gelar Haul Akbar dan Isra Mi'raj 2025: Momen Mempererat Ukhuwah

Hingga kini, karya-karya puisi WS. Rendra masih tetap dicintai oleh masyarakat, khususnya kalangan pecinta sastra. Hal ini dikarenakan puisi-puisinya begitu membumi, menyentuh kehidupan rakyat jelata.

(Dilansir dari berbagai sumber)

Berita Terkait

Mudik, Sebuah Refleksi Kembali ke Asal yang Sejati
Festival Beduk Jakarta Pusat 2025: Lestarikan Budaya dan Kompetisi
Ketika Bocah Angon Duduk Termenung di Bawah Pohon Belimbing
Ajaran Moral, dalam Kisah ‘Gatotkaca Jumeneng Ratu’
Kiprah Nirvana, dalam Belantika Musik Anti-Mainstream
Sanggar Sinlamba Batavia Gelar Haul Akbar dan Isra Mi’raj 2025: Momen Mempererat Ukhuwah
Wisanggeni, Sosok Urakan Sang Pejuang Kebenaran
Zaman Edan : dalam Perspektif Serat Kalatidha Karya Ranggawarsita

Berita Terkait

Sabtu, 29 Maret 2025 - 14:28 WIB

Mudik, Sebuah Refleksi Kembali ke Asal yang Sejati

Jumat, 7 Maret 2025 - 22:48 WIB

Festival Beduk Jakarta Pusat 2025: Lestarikan Budaya dan Kompetisi

Senin, 17 Februari 2025 - 00:04 WIB

Ketika Bocah Angon Duduk Termenung di Bawah Pohon Belimbing

Kamis, 23 Januari 2025 - 10:53 WIB

Ajaran Moral, dalam Kisah ‘Gatotkaca Jumeneng Ratu’

Senin, 20 Januari 2025 - 14:06 WIB

Kiprah Nirvana, dalam Belantika Musik Anti-Mainstream

Berita Terbaru

Wajah kali baru Cengkareng Drain

Sejarah & Arkeologi

Ketika Alam Tak Lagi Bersahabat Jeritan Sunyi dari Kali Tersakiti

Kamis, 24 Apr 2025 - 14:27 WIB