Zaman Edan : dalam Perspektif Serat Kalatidha Karya Ranggawarsita

- Penulis

Kamis, 9 Januari 2025 - 11:27 WIB

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

SASTRA – Dalam khasanah kesusastraan Jawa, ada sebuah karya sastra monumental dan termahsyur yang dikenal oleh masyarakat hingga kini, karya itu bernama Serat Kalatidha. Sebuah karya sastra yang mengandung nilai-nilai moral, budi pekerti, spiritualitas, dan ramalan tentang zaman.

Serat Kalatidha (bahasa Jawa: ꧋ꦱꦼꦫꦠ꧀ ꦏꦭꦠꦶꦣ꧈) adalah sebuah karya sastra dalam bahasa Jawa karangan Raden Ngabehi Rangga Warsita berbentuk tembang macapat. Karya sastra ini ditulis kurang lebih pada tahun 1860 Masehi. Apabila diperiodisasikan karya ini masuk ke dalam Sastra Jawa Baru. Kalatidha adalah salah satu karya sastra Jawa yang ternama. Bahkan sampai sekarang banyak orang Jawa terutama kalangan tua yang masih hafal paling tidak beberapa Bait syairnya.

Baca Juga :  Kiprah Nirvana, dalam Belantika Musik Anti-Mainstream

Syair-syair Kalatidha hanya terdiri dari 12 bait dalam metrum Sinom dan seluruhnya ditulis menggunakan aksara Jawa (Hanacaraka) gagrak Surakarta. Kalatidha secara harafiah artinya adalah “zaman gila” atau jaman édan seperti ditulis oleh Rangga Warsita sendiri. Konon Rangga Warsita menulis syair ini ketika pangkatnya tidak dinaikkan seperti diharapkan. Lalu ia menggeneralisasi keadaan ini dan ia anggap secara umum bahwa zaman di mana ia hidup merupakan zaman gila di mana terjadi krisis di segala bidang. Saat itu Rangga Warsita merupakan pujangga kerajaan di Keraton Kasunanan Surakarta. Ia adalah pujangga panutup atau “pujangga terakhir”. Sebab setelah itu tidak ada lagi “pujangga kerajaan”.

Baca Juga :  Sanggar Sinlamba Batavia Gelar Haul Akbar dan Isra Mi'raj 2025: Momen Mempererat Ukhuwah

Ramalan Zaman Edan

Bait Serat Kalatidha yang paling dikenal adalah bait ke-7. Sebab bait ini adalah esensi utama dari Kalatidha. Pada bait ini Ranggawarsita melukiskan tentang ‘zaman edan’ dimana manusia banyak mengalami keterpurukan hidup. Berikut ini petikan syairnya :

“Amenangi zaman édan, éwuhaya ing pambudi, mélu édan nora tahan, yén tan milu anglakoni, boya kaduman mélik, kaliren wekasanipun, dilalah kersa Allah, begja-begjane kang lali, luwih begja kang éling lawan waspada.”

(Berada pada zaman gila, serba salah dalam bertindak, Ikut-ikutan gila tidak akan tahan, tetapi kalau tidak mengikuti arus, tidak kebagian, (lalu) akhirnya mengalami kesengsaraan, Tetapi Allah Mahaadil, Sebahagia-bahagianya orang yang lalai, akan lebih bahagia orang yang tetap ingat dan waspada.)

Baca Juga :  Ajaran Moral, dalam Kisah 'Gatotkaca Jumeneng Ratu'

Pada bait ini Ranggawarsita dengan gamblang melukiskan kondisi zaman yang serba kacau, dimana manusia-manusianya berprilaku “tidak waras” dan krisis akhlak terjadi di segala aspek kehidupan. Akan tetapi, Sang Pujangga tetap mengingatkan kita bahwa, kebahagiaan sejati itu ketika kita senantiasa ingat kepada Tuhan dengan menjaga kesadaran moral, kesadaran sosial, kesadaran intelektual, dan kesadaran spiritual dalam kehidupan bermasyarakat : “Eling lan Waspada”.

(Dilansir dari beberapa Sumber)

Berita Terkait

Ajaran Moral, dalam Kisah ‘Gatotkaca Jumeneng Ratu’
Kiprah Nirvana, dalam Belantika Musik Anti-Mainstream
Sanggar Sinlamba Batavia Gelar Haul Akbar dan Isra Mi’raj 2025: Momen Mempererat Ukhuwah
Wisanggeni, Sosok Urakan Sang Pejuang Kebenaran
WS. Rendra, Penyair Besar dengan Karya Membumi

Berita Terkait

Kamis, 23 Januari 2025 - 10:53 WIB

Ajaran Moral, dalam Kisah ‘Gatotkaca Jumeneng Ratu’

Senin, 20 Januari 2025 - 14:06 WIB

Kiprah Nirvana, dalam Belantika Musik Anti-Mainstream

Minggu, 19 Januari 2025 - 07:21 WIB

Sanggar Sinlamba Batavia Gelar Haul Akbar dan Isra Mi’raj 2025: Momen Mempererat Ukhuwah

Jumat, 10 Januari 2025 - 16:19 WIB

Wisanggeni, Sosok Urakan Sang Pejuang Kebenaran

Kamis, 9 Januari 2025 - 11:27 WIB

Zaman Edan : dalam Perspektif Serat Kalatidha Karya Ranggawarsita

Berita Terbaru