JAKARTA,plus62.co — Peredaran obat keras jenis Tramadol palsu kembali menjadi sorotan publik. Obat yang seharusnya digunakan secara terbatas untuk keperluan medis itu kini banyak beredar di pasaran tanpa izin edar resmi dari Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM). Praktik ilegal ini tidak hanya membahayakan kesehatan masyarakat, tetapi juga menimbulkan kerugian besar bagi negara.
Tramadol palsu tersebut banyak dijual di sejumlah wilayah di Jakarta Selatan. Seperti di toko kosmetik Jalan Lauser 27-77, RT.8/RW.8 Kebayoran Baru, Kota Jakarta Selatan. Bahkan tanpa ragu penjaga toko mengakui berani berjualan lantaran sudah memberikan setoran rutin ke oknum Polisi. “Saya disini jaga bang. Saya berani jaga toko karna si bos Adi juga ada kordinasi ke polisi,” jelas pedagang kepada plus62.co (5/10/2025).
Obat keras itu dijual tanpa resep dokter dengan harga jauh lebih murah dibanding produk legal. Penelusuran sementara menunjukkan bahwa sejumlah oknum memanfaatkan tingginya permintaan untuk meraup keuntungan dengan cara memalsukan merek obat dan kandungan.
ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT
Seorang pejabat dari BPOM RI menuturkan kepada plus62.co. “Peredaran Tramadol palsu termasuk dalam pelanggaran serius terhadap Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan. Dalam waktu dekat ini kami pastikan akan menindak tegas penjual obat keras tanpa izin edar. Dan jika kedapatan obat tersebut palsu kami akan proses sesuai hukum yang berlaku,” jelasnya kepada plus62.com (5/10).
“Pelaku yang memperjualbelikan obat keras tanpa izin edar dan memalsukan kandungan dapat dijerat pasal 196 dan 197 UU Kesehatan dengan ancaman hukuman hingga 15 tahun penjara serta denda miliaran rupiah,” sambung pejabat BPOM RI tersebut, Minggu (5/10/2025).
Selain membahayakan nyawa pengguna, praktik pemalsuan obat juga merugikan negara dari sisi penerimaan pajak dan pengawasan farmasi. Pemerintah kehilangan potensi pemasukan dari sektor legal, sementara masyarakat terpapar risiko kesehatan akibat kandungan obat yang tidak terjamin.
Pakar farmasi dari Universitas Indonesia, Dr. Lestari Wulandari, menjelaskan bahwa Tramadol palsu sering kali mengandung bahan berbahaya seperti parasetamol dosis tinggi atau campuran zat psikotropika ilegal. “Efek sampingnya bisa sangat fatal, mulai dari gangguan saraf, kejang-kejang, hingga kematian. Karena itu pengawasan distribusi obat keras harus diperketat,” ujarnya.
(Red)