Jakarta – Di sebuah kecamatan Cengkareng Jakarta Barat terdapat kali buatan bernama kali Baru Cengkareng Drain, di buat sekitar tahun 1980 kali yang dulu indah dan bersih, kini banyak sampah dan zat limbah industri.
Kali yang dulu airnya bersih, tempat ikan bermain dan mandi bagi anak -anak bahkan aktivitas getek lalu-lalang di kali ini, kini terlihat hitam keruh dan berbau yang berbahaya bagi kesehatan. Suara ikan bermain dan lompatan katak hampir tidak terdengar lagi, ini merupakan jeritan sunyi dari kali yang telah tersakiti.
Pembuangan limbah industri secara liar. Buang sampah ke kali telah mengubah wajah sebagian dari kali ini, yang dulu di pakai warga sekitar nyuci dan mandi anak-anak sampai pembuatan tempe sontak berubah keruh hitam dan berbau akibat pencemaran.
Di perkampungan kapuk , bila hujan tiba, banjir menjadi langganan setiap tahunnya. Alam seolah membalas dendam, tapi yang jadi korban justru malah masyarakat kecil yang tak punya kuasa apa-apa selain berserah diri kepada-Nya.
“Setiap kali hujan, kami tak bisa tidur lelap, takut banjir lagi,” kata Kandar (57) salah seorang warga Kecamatan Cengkareng yang dulunya tidak pernah merasakan banjir kini menjadi langganan banjir bila hujan dan air kali meluap.
Ironisnya, pembuangan sampah dan limbah pabrik seakan menjadi tradisi yang di nikmati segelintir orang. Sementara, kerusakan yang di tinggalkan menjadi warisan pahit bagi generasi yang akan datang,anak-anak tumbuh tanpa tahu bagaimana kali yang dulunya jernih dan bersih di pakai nyuci dan mandi, serta ikan-ikan berkeliaran bebas sesukanya.
Kini, kali tak lagi bersahabat dengan insan. Tapi sesungguhnya, bukan alam yang berubah. Kitalah yang mengkhianati alam semesta ini. Akan kah masalah ini di biarkan begitu saja? dan bagaimanakah acara pencegahannya? Entahlah tampak makin runyam saja.
Di sisi lain negeri ini telah mengalami devisit anggaran memang begitulah setiap tahunnya. Dan di tambah lagi kebijakan pemerintah pusat terkait dengan efisiensi anggaran semuanya terpangkas. Hanya tersisa separoh seperti cerita negeri dongeng saja tanpa ampun.
Sementara itu, masyarakat saat ini, menjerit menghadapi himpitan beban ekonomi dan kebutuhan hidup yang sangat sulit. Tentunya yang di rasakan masyarakat di tengah situasi devisit anggaran dan upaya efisiensi oleh pemerintah. Akan berdampak terhadap penurunan kualitas atau kuantitas layanan publik.
Namun, hal yang di rasakan masyarakat saat ini terutama layanan fasilitas kesehatan yang sangat terbatas, pelayanan administrasi publik lebih lambat dan tidak seperti biasanya. Ketersediaan subsidi atau bantuan sosial yang mulai berkurang.
Di lain sisi peningkatan biaya hidup seperti pengurangan subsidi bisa menyebabkan kenaikan harga BBM, listrik, dan transportasi. Mirisnya yang merasakan hal ini, paling terdampak adalah masyarakat kelas menengah ke bawah yang hidupnya pas-pasan.