Jakarta – Zaman terus berubah, begitu pula cara anak-anak menghabiskan waktu luang mereka. Jika dulu lantunan bacaan Qur’an sore dan malam di majelis-majelis kecil, kini layar dan suara notifikasi gadget lebih akrab dengan keseharian anak-anak.
Majelis taklim merindukan anak-anak yang dulu menjadi ruang belajar agama sekaligus interaksi sosial bagi anak-anak, kini terlihat sepi ditinggalkan.
“Dulu, selepas Ashar, anak-anak sudah rapi berangkat mengaji. Sekarang, mereka lebih asyik main game atau nonton video,” keluh Iis, seorang ibu dari empat anak,(28/5/2025).
Ia mengaku kewalahan membatasi penggunaan gadget pada anak-anaknya.
“Awalnya saya izinkan sekadarnya, tapi sekarang mereka lebih sering memegang gadget. Kalau tidak dikasih, tidak mau makan,” ujarnya.
Dikutip dari berbagai sumber Pakar pendidikan anak fenomena ini sebagai pergeseran nilai interaksi sosial. Anak-anak kini kehilangan ruang sosial dan spiritual yang dulu mereka dapatkan di majelis taklim.
Hal ini berdampak pada kedisiplinan, empati, dan perkembangan nilai keagamaan mereka.
Interaksi langsung di majelis taklim tidak hanya mengajarkan agama, tetapi juga melatih kesabaran, disiplin, dan empati.
Gadget, jika tidak dikontrol, bisa mengurangi kesempatan anak untuk belajar nilai-nilai tersebut.
(Rdw)