JAKARTA – Pemagaran laut di Tanggerang yang dilakukan oleh pihak tertentu sepanjang 30 KM, memang sempat menjadi perhatian masyarakat khususnya nelayan.
Sosok Kholid yang dikenal tegas dan sikapnya yang lantang dalam menyuarakan masalah yang dihadapi nelayan terkait pemagaran laut di Tanggerang, sehingga Kholid Mendapat julukan ‘public speaking’.
Bukan hanya mendapat apresiasi atas ketegasannya dirinyapun tak luput mendapat teror dari orang yang tidak dikenal.
“heh Kholid kamu itu bukan orang Tangerang kamu itu orang serang pontang, kenapa harus ngurusin dapur Tangerang,” kata Kholid dalam acara Indonesia lawyer club (ILC).
Kholid beranggapan bahwa si penelpon gelap adalah penjajah parsial orang-orang yang kerangka berpikirnya cacat.
“Saya sempat baca buku namanya logika penjajah karangan yamidi, yamidi itu orang tua yang di banten dia sempat bikin buku logika penjajah, dalam salah satu buku logika itu persis apa yang dikatakan si penelpon tadi yang menelpon ke saya” ungkap Kholid.
“sebagai nelayan harusnya tidak boleh mempunyai pandangan parsial, sampai tingkatannya kita gak boleh nolongin tetangga yang sedang kelaparan atau tetangga yang sedang dijajah.”
Pembangunan Laut menurut nelayan dan petani membawa dampak yang merugikan mereka,
Nelayan beranggapan mereka dikelola oleh orang-orang yang kerangka berpikirnya cacat.
“Lingkaran yang besar kok dipaksa masuk ke lingkaran yang kecil, kedaulatan negara harus dicaplok korporasi saya gak mau dikelola seperti ini, lebih baik saya melawan dari pada saya sebagai nelayan dikelola oleh korporasi.”
Kholid pun menegaskan dalam acara ILC apa bila nelayan dikelola oleh korporasi anak cucu akan tetap miskin.
“karena saya sebagai objek yang dikelola, korporasi yang mengelola, kalau ngomong Aguan dan Antoni segala macem kan itu korporasinya maksudnya, dan jika negara tidak berani melawan korporasi itu saya yang akan melawan,” tegas Kholid
(Pewarta : Ridwan)